Radio Kampus Hijau-Suara Informasi dan Inovasi

Tuesday, June 25, 2013

8 kriteria menjadi penyiar Radio

 
 
8 kriteria menjadi penyiar Radio

Ketika persaingan semakin tinggi dalam perkembangan industri penyiaran radio dimasa sekarang ini, umumnya stasiun radio siaran akan memprioritaskan calon penyiarnya yang memiliki dedikasi dan komitmen yang tinggi terhadap dunia penyiaran radio. Selain itu diharapkan memiliki kualitas yang optimal. Bagi pengelola stasiun radio, penyiar adalah ujung tombak dalam penyajian program ‘on-air’ yang sesuai dengan format radio yang telah ditetapkan oleh stasiun radio yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan siaran dilakukan menurut jadwal tugas yang telah ditetapkan oleh stasiun radio. Namun untuk mendapatkan jadwal itu tidaklah mudah, Setelah lolos saringan reqruitment maka syarat menjadi penyiar radio dimasa sekarang ini paling tidak dapat memenuhi 8 Kriteria.

1) Mempunyai kualitas vokal yang memadai.
Dalam melakukan penilaian kualitas suara yang memadai dan tidak memadai, sangat bergantung kepada penilaian pendengarnya. Oleh karena itu merekrut penyiar harus hati-hati apakah suara penyiar tersebut memiliki dan dianggap cocok dengan segmen radionya atau tidak. Misal jika radio bersegmen dewsa diisi oleh karakter vokal dan gaya anak muda, tentu saja hasilnya tidak optimal jika dipergunakan untuk meraih pendengar dewasa. Begitu juga sebaliknya. Atau untuk keperluan program-program khusus terkadang stasiun radio memerlukan karakter vokal yang khusus. Oleh karena itu ketika jenis vokal yang diinginkan tidak didapat biasanya stasiun penyiaran radio akan melatih penyiar yang bersangkutan untuk dioptimalkan menyesuaikan karakter program yang sudah direncanakan oleh program director. Paling penting adalah bagaimana seorang penyiar mampu mengoptimalkan jenis suaranya sehingga sesuai harapan perencanaan program dan harapan pendengar.
Memang kenyataannya tidak semua Penyiar mudah dibentuk saat berbicara didepan microfon, Semuanya bergantung pada tingkat intelektualitas pribadi penyiar serta talent yang dimiliki. Tidak semua juga penyiar memiliki karakter pribadi seperti air, ibaratnya ketika berada dalam botol ia akan membentuk botol ketika ada dalam gelas maka akan berbentuk gelas, ini yang susah. Karena tidak setiap pribadi memiliki karakteristik dasar seperti air yang mudah menempati ruang apapun. Penyiar yang baik, umumnya sedikit tahu banyak hal namun banyak memberikan kemudahan di direct. Dan Penyiar yang baik biasanya “SEDIKIT TAHU BANYAK HAL, ALL CURRENT AFFAIRS & CURRENT ISSUE”

2) Mampu melaksanakan ‘adlibbing’ dan ‘script reading’ dengan baik.
Tuturan penyiar yang dilakukan tanpa persiapan, spontan, tanpa mengingat terlebih dahulu, bahkan tidak dipikirkan sesaatpun sebelumnya. Kelancaran berbicara yang mengalir alami apa adanya, tidak dibuat-buat, jujur jernih, jelas akan banyak dipengaruhi oleh wawasan yang luas dan latihan-latihan khusus. Karena itu penyiar perlu memiliki wacana dan mampu menganalisa situasi serta kondisi dari berbagai aspek, misal pandangan ideologi, politik, sosial, budaya maupun bidang lain yang terkait dengan kepenyiaran. Selain itu harus memahami pula dampak-dampak dari materi yang dibicarakan, khususnya dampak negatif yang berakibat fatal bagi stasiun radio citra dirinya, hal ini bisa dilakukan dengan adlibbing menjadi positif. Kemampuan membaca naskah adalah diperlukan. Hindari kesalahan membaca hanya gara-gara tidak pernah berlatih membaca karena kebiasaan improvisasi tanpa naskah. Oleh karena itu keterampilan membaca mutlak diperlukan dan hal ini perlu latihan.

3) Memahami format radionya dan format clock.
Penyiar dalam menjalankan tugas harus memahami format radionya, baik format kata maupun format musik, serta aturan-aturan lain yang berlaku pada stasiun radionya. Yang jelas format disini lebih merupakan ramuan pokok atau rancana program yang diarahkan pada pendengar tertentu. Dengan memahami format radionya berarti memahami “station positioning” yang mengacu pada tampil beda dengan stasiun lain untuk membangun loyalitas pendengar. Penetrasi pesan yang lebih mendalam. Paling tidak penyiar harus memahami “need and want”-nya pendengar. Selain itu dalam menjalankan format, tentu saja setiap stasiun radio akan memiliki log siaran atau panduan siaran yang memuat catatan-catatan siaran setiap interval waktu rutin harian. Dan format clock tersebut adalah perintah kerja mulai dari playlist, sistem rotasi musik, iklan, radio expose, penempatan stasiun ID/jingle, atau toleransi waktu bicara para penyiar. Log siaran ini merupakan bahan siaran bagi penyiar yang harus dikerjakan. Dan biasanya log siar ini adalah penjabaran secara rinci dan mudah bagi orang yang bertugas.

4) Memahami secara mendalam segmen radio.
Penyiar dengan memahami secara mendalam segmen radionya berarti akan sangat paham tentang target pendengarnya, penyiar harus tahu pasti siapa pendengarnya: pria/wanita; umur; pendidikan; pekerjaan; tingkat belanja bulanan rumah tangga, tempat tinggal, minat, maupun program apa yang mereka butuhkan dan mereka sukai.

5) Memperlihatkan simpati dan empati terhadap pendengarnya.
Penyiar harus bisa berempati, maksudnya dalam upaya melayani secara optimal sebaiknya bisa mewujudkan rasa kedekatan dengan pendengar, juga sekaligus harus bisa berpikir dari sudut pandang pendengar atau berempati. Sikap apatis tidak diinginkan oleh stasiun radio, karena jika hal ini terjadi maka radio yang bersangkutan tidak akan punya pendengar, dan akan gagal dalam membangun loyalitas pendengar.

6) Mampu menghasilkan gagasan-gagasan segar dan kreatif dalam siarannya.
Seorang penyiar perlu menjadi seorang creator, karena tugasnya menghibur pendengar dengan kata-katanya. Agar pendengar tertarik dalam setiap siarannya selalu menghasilkan gagasan atau ide-ide segar dan selalu kreatif memunculkan hal-hal baru sesuai kondisi atau trend yang berkembang. Penyiar tidak mempunyai kemampuan ini, penampilannya disiaran akan hambar dan tidak berbobot serta menjemukan.

7) Mampu bekerjasama dalam team.
Karena bekerja di radio adalah kerja terintegrasi antara masing-masing bagian yang terlibat dalam produksi siaran, maka seluruh praktisi penyiaran termasuk penyiar wajib memiliki kemampuan bekerja sama dan saling pengertian, menghargai dan saling mengingatkan, untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas. Menjadi penyiar yang baik harus benar-benar mempunyai kebanggan pada pekerjanya, maksudnya cakap dan berhati-hati terhadap hal-hal kecil dan mekanis serta cara kerja atau prosedur dan sistem-sistem dan bagaimana peraturan-peraturan ditegakan dengan baik. Semuanya ada karena alasan untuk dapat menjadi yang terbaik.

8) Be Your Self.
Ini yang sering kali saya tekankan kepada semua crew di Metro fm Jambi. Alasannya simple. Tidak semua pendengar memiliki sikap interest terhadap gaya siaran sesorang. Ada yang suka dengan gaya siaran pakde ada juga yang tidak. Menjadi diri sendiri itu lebih nyaman rasanya, dan tak perlu menjadi orang lain untuk menunjukkan siapa dan apa diri kita ini.
Tak sedikit orang yg menghindar dari jati dirinya hanya untuk tampil yg dibilang keren dan gaul katanya dengan cara mengcopy penampilan orang lain yg dianggapnya patut untuk ditiru. Dan akan membuat penampilannya jauh lebih keren dari sebelumnya. Tapi di balik penampilannya yg keren itu, dia merasa sangat terbebani oleh pikirannya sendiri. contohnya seperti seseorang yg meniru gaya siaran IDA ARI MURTI, INDY BARENDS, RUDY DAHLAN FEMALE RADIO, atau FARHAN di DELTANESIA. Atau NANCY LIONA di RUSH HOUR Rase FM Keep Bandung Beautiful Euy (Pakde jadi inget jaman2nya kita kerja di GNS Pro Bandung miss Nancy…kamu suka menggunakan kata2 “waduh….waduh” but itulah dirimu.)
Tak sedikit dari mereka yang pernah mencontoh kelima sosok itu merasa kelimpungan sendiri, termasuk penyiar gaek lainnya, Semua hampir dimirip-miripkan menjiplak dan sipenjiplak itu harus berperan jadi orang lain. Belum lagi kemampuan improvisasi saat bicara dan style dalam penggunaan kosakata serta dialek dan yang lainnya. Itu bukan hal mudah untuk ditiru, jadi bahan referensi mungkin bisa. Tapi tetep sekian bulan kedepan setelah lama mengikuti atau menjiplak gaya siaran siapapun, lambat laun akan membentuk diri kita yang asli, kondisinya akan jauh lebih baik jadi diri sendiri dan berperan sebagai pribadi yang mau jadi diri sendiri, sehingga ketika melakukan pengasahan dalam siaran akan lambat laun akan terasah cara dan kemampuan kita yang awalnya mungkin saja tumpul.
Bee your self mungkin termasuk salah satu dari ribuan nasehat yang sering banget kita dengar. Tapi, Untuk New Commers selalu jadi bahan pertanyaan. Bagi sebagian banyak orang, mungkin nasihat be your self itu berguna banget dalam menumbuhkan rasa percaya diri, agar ga minderan, de es be…. tapi, mohon maaf. Saya sudah terlanjur menganggap bahwa setiap manusia sudah terkontaminasi dengan manusia-manusia yang lain yang berada di sekelilingnya. Mungkin istilah “Aku sudah bukan menjadi Aku lagi bisa muncul. Di dalam setiap tubuh Aku sudah terdapat Dia dan Mereka. Semenjak kita lahir, orang-orang di sekililing kita selalu berusaha menjauhkan kita dari diri kita sendiri”.

Tantangan terbesar penyiar salah satunya disini, mengingat peran Orangtua kita yang selalu berdoa agar kita kelak menjadi orang baik, tentu doa itu bagus banget, tapi ya ujung-ujungnya agar kita bisa seperti si Anu, si Anu, dan si Anu. Sejak kecil kita sudah dipaksa untuk tidak menjadi diri kita sendiri. Saya berani taruhan, bahwa di antara kita pasti udah lupa seperti apa sih diri kita yang sebenarnya? Ini hanya satu dampak influence pihak lain yang lambat laun merubah siapa kita. Memang….. Kita hidup engga sendiri. Orang-orang berlalu-lalang di depan mata kita. Sejarah demi sejarah melintas di dalam kepala kita. Dan mau engga mau semua itu sudah menjadi sebuah referensi untuk kehidupan kita. Aku telah menjadi Kita. Kita telah menjadi Aku. Tak ada Aku yang benar-benar Aku selama masih ada Dia dan Mereka. Dalam menulis di blogpun tak jauh beda. Ada yang puitis niru gaya si anu, ada yang nyablak niru gaya menulis si Anu. Dalam kepenyiaranpun begitu. Manusiawi memang….namun akan jauh lebih baik jika mau jadi diri sendiri, ini bekal untuk menjadi trendsatter dan bukan follower. Nah penyiar yang berhasil dimanapun awalnya ia membentuk dirinya untuk menjadi trendsetter. Tapi tidak sedikit dari mereka yang mengawalinya dengan mencari bahkan menirukan gaya siaran orang lain sebagai referensi.

0 Comentar
Tweets
Comentar

0 comments:

Post a Comment

kampushijau884@gmail.com

Bagikan Informasi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More